Skip to main content

Kritik Pedas terhadap Sistem Pendidikan: Menyelami Realitas Kelam di Balik Institusi Suci

 Pembaca yang budiman, mari kita selami buku yang menggugah pikiran karya Afdillah Chudiel, seorang sastrawan dan sosiolog yang telah menggugah emosi dan nurani siapa saja yang membaca dan mempertanyakan arah sistem pendidikan nasional kita melalui buku ini. Judul provokatif yang dipilih Chudiel dimaksudkan untuk menyadarkan pembaca bahwa institusi yang selama ini diagung-agungkan tidak hanya diyakini sebagai altar keramat nomor satu tempat lahirnya manusia-manusia unggul dan berprestasi, tetapi juga perlu dikritisi dengan keras.


Terlalu banyak kenyataan miris yang mengintai di alam yang indah ini, terutama di dunia pendidikan. Terlalu banyak ketidakadilan dan terlalu banyak harapan yang mengambang. Dalam catatan perjalanan Chudiel saat melakukan kegiatan trauma healing bagi anak-anak korban gempa bumi yang mengguncang Sumatera Barat tahun 2007, Rio, seorang anak dari Jorong Sikabu, mampu memaknai kehidupan dan sekolah dengan cara yang berbeda. Bagi mereka, putus sekolah bukanlah isu yang penting karena apa yang mereka alami selama ini tidak terlalu berdampak pada kehidupan sosial ekonomi mereka. Kenyataannya, mereka melihat sekolah sebagai pencipta berbagai aturan yang aneh, mulai dari seragam, gaya rambut, hingga metode belajar.


Budaya kompetisi yang tidak sehat yang dikembangkan oleh sekolah juga menjadi masalah. Siswa dituntut untuk menjadi yang terbaik, sementara cara untuk mencapainya, mereka harus mencari sendiri. Kurikulum pembelajaran yang rumit dan terus berubah-ubah menjadi tidak efektif bagi siswa. Selain itu, Chudiel juga menyajikan beberapa surat elektronik dari anak-anak yang terluka dan terluka hatinya yang seharusnya dilindungi oleh sekolah.


Pendidikan yang diharapkan dapat menjembatani mereka untuk meraih cita-cita telah berubah, bahkan menghancurkan mimpi mereka. Belum lagi, masalah Ujian Nasional yang menimbulkan rasa takut dan tertekan. Pabrik yang memproduksi manusia dengan harapan manusia yang dihasilkan bisa berkualitas, siap pakai, dan mampu bersaing dengan manusia lainnya. Mereka yang bersekolah seakan siap dicetak sebagai hasil produksi yang diharapkan konsumen.


Kemiskinan dan keterbatasan juga menjadi masalah yang tidak ada habisnya. Membaca bab ini, kita akan merasa miris membayangkan kenyataan yang dihadapi oleh anak-anak di Gunung Cerek yang harus berjuang untuk bersekolah. Masalahnya, anak-anak di sana sering mengalami kehamilan di luar nikah, yang disebabkan oleh kurangnya kontrol sosial dari orang tua dan masyarakat sekitar. Kenyataan pahit tentang sistem pendidikan di berbagai daerah terpencil ini semoga membuka hati kita dan tetap menjadi tugas dan kewajiban yang harus ditunaikan oleh pemerintah pusat.


Sebanyak apapun kritik yang dilontarkan, jika tidak ada terobosan, hanya akan menguap dan tidak menghasilkan apa-apa. Dengan membaca buku ini, penulis berharap kritik dan ungkapan pro-kontra yang dituliskan dapat menjadi bahan diskusi dan menghasilkan solusi yang nantinya dapat menjadi bahan evaluasi. Selain itu, dapat membuka pikiran dan kesadaran pihak-pihak yang memiliki kepedulian di bidang pendidikan.

Comments

Designed by Open Themes & Nahuatl.mx.