Kalian pasti udah pernah denger istilah 'Kaum Sofis', kan? Kata 'Sofis' sendiri berasal dari kata 'sophia' yang artinya 'kebijaksanaan'. Dalam sejarah filsafat, istilah ini diberikan oleh Plato, salah satu filsuf Yunani terkenal. Tapi, istilah Kaum Sofis ini nggak selalu punya konotasi positif, lho. Di tangan Plato, istilah ini malah dikait-kaitkan dengan pemburu kekayaan yang mengatasnamakan ilmu pengetahuan.
Namun, sejarah juga mencatat bahwa Kaum Sofis ini nggak cuma sebagai ahli filsafat, tapi juga guru bagi masyarakat Yunani. Mereka muncul sebelum era tiga filsuf terkenal lainnya: Aristoteles, Socrates, dan Plato. Sebelumnya, para filsuf itu lebih fokus ke kosmos atau alam, tapi Kaum Sofis ini menggeser fokus kajian ke manusia.
Tapi, apa hubungannya Kaum Sofis dengan kapitalisme pendidikan di zaman sekarang? Nah, ternyata dalil yang digunakan oleh Kaum Sofis, yaitu semakin berat tingkat ilmu, semakin mahal harganya, udah ada sejak dulu, lho. Dan di era 4.0 sekarang, banyak juga orang-orang yang berorientasi sama seperti Kaum Sofis, alias ingin mencari kekayaan dengan memanfaatkan ilmu yang mereka punya. Ada Kyai Sosmed, guru, dosen, dan masih banyak lagi.
Tentu saja, nggak semua orang seperti itu. Ada juga yang tetap menghargai hakikat ilmu pengetahuan, alias mencari kebenaran dari berbagai sudut pandang. Tapi, kita harus waspada juga dengan orang-orang yang cuma mencari keuntungan dari ilmu pengetahuan yang mereka punya, terutama di era digital ini.
Jadi, apakah Kaum Sofis itu guru filsafat atau pemburu kekayaan? Mungkin jawabannya tergantung pada individu masing-masing. Tapi, yang jelas, kita harus tetap kritis dan bijak dalam memilih sumber ilmu pengetahuan.
Comments
Post a Comment