Judul buku : Bagaimana Demokrasi Mati
Penulis : Steven Levitsky & Daniel Ziblatt
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit : 2019
Penerjemah : Zia Anshor
Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang sangat populer di seluruh dunia. Banyak negara mengagungkan sistem ini karena memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyuarakan pendapat mereka secara individu atau kelompok. Demokrasi memungkinkan masyarakat untuk bersatu melawan pemimpin otoriter yang membatasi kebebasan mereka.
Namun, otoritarianisme adalah ancaman bagi demokrasi. Pemimpin otoriter mencoba untuk membatasi kebebasan masyarakat secara perlahan-lahan, terutama kebebasan berpendapat, berkumpul, beradu pendapat, musyawarah mufakat, dan intervensi opini. Pola otoritarianisme baru muncul dengan cara menerbitkan konstitusi baru yang dibuat untuk membungkam suara yang dianggap mengganggu pemimpin. Penggunaan alat negara penegak hukum pun akan mendukung penerapan konstitusi baru tersebut. Pola ini sangat halus namun berbahaya karena dapat mematikan demokrasi.
Kita belum bisa mendeteksi apakah seseorang memiliki potensi untuk menjadi pemimpin otoriter sampai dia terpilih dan berkuasa. Namun, buku ini memberikan empat tanda yang dapat membantu mengenali ciri-ciri seseorang yang berpotensi menjadi pemimpin otoriter di masa depan. Pertama, menolak aturan main demokrasi. Kedua, menyangkal legitimasi lawan. Ketiga, menoleransi atau bahkan mendorong kekerasan. Dan keempat, membatasi kebebasan sipil, termasuk media. Jika seseorang memiliki satu dari ciri-ciri tersebut, maka dia sudah memiliki jiwa otoriter.
Namun, pertanyaannya, apakah demokrasi akan mati jika dipimpin oleh tokoh otoriter? Jawabannya jelas, iya. Kematian demokrasi dimulai dari indikasi yang halus seperti penyangkalan suara atau tindakan melanggar konstitusi. Jika ada aksi demonstrasi dan pemerintah membungkam suara demonstran, maka ini akan mengarah pada kematian demokrasi. Oleh karena itu, kita harus waspada dan memperhatikan tanda-tanda yang mengindikasikan kemunculan pemimpin otoriter untuk menjaga demokrasi tetap hidup.
Buku ini menjelaskan bagaimana demokrasi bisa terancam hingga mati. Contohnya terjadi di Amerika Serikat, yang sebenarnya dianggap sebagai negara demokrasi tertua di dunia. Salah satu contoh nyata adalah saat Donald Trump terpilih sebagai Presiden pada tahun 2016. Dia adalah sosok pemimpin yang sangat populer dan populis. Salah satu ciri pemimpin populis adalah selalu menolak legitimasi partai politik yang sudah mapan dan sering menyerang partai lawan karena dianggap tidak demokratis bahkan tak patriotik. Trump mengklaim bahwa suara rakyat telah dicurangi dan membangun opini publik bahwa demokrasi Amerika Serikat telah dibajak oleh elit politik.
Partai politik memainkan peran penting dalam menjaga demokrasi suatu negara. Jika partai politik tidak mampu menjaga demokrasi, maka akan muncul pemimpin otoriter di masa depan. Namun, tugas ini bukanlah pekerjaan yang mudah karena ada risiko partai kehilangan dukungan dari pemilih di pemilu.
Comments
Post a Comment