Oleh M. Dwi Cahyono
Peruwatan adalah proses untuk menghilangkan keburukan dan kotoran agar kembali ke kondisi yang baik. Ada sebuah cerita di relief "Sudhamala" di Candi Tegawangi yang menceritakan tentang manfaat dari peruwatan. Kisah ini mengenai Ra Nini, seorang raksasi yang dikutuk oleh suaminya sendiri. Namun, ia berhasil mendapatkan peruwatan dengan menggunakan Sahadewa, anak bungsu Pandawa sebagai "media ruwat"-nya. Setelah proses peruwatan, Ra Nini berhasil kembali ke wujudnya yang asal sebagai dewi cantik Parwati atau Uma sebagai sakti Dewa Siwa.
Pada bagian relief cerita ke-7, Ra Nini yang tadinya berwujud raksasi berhasil berubah menjadi sosok dewi cantik Parwati (Uma) seperti wujud asalnya sebelum terkena kutuk. Gambaran relief ini menggambarkan Ra Nini menghadap lurus ke depan, lengkap dengan sandaran, lingkaran di sekitar kepala, dan singgasana berupa bunga teratai merah. Ia juga bertangan empat dan membawa camara dan tasbih di kedua tangannya, serta mengenakan busana kebesaran. Dua pengiringnya juga berubah wujud menjadi perempuan cantik dan membawa kipas besar. Kisah ini menggambarkan bahwa peruwatan dapat membawa manfaat besar bagi seseorang yang ingin kembali ke keadaan yang baik.
Dalam relief cerita "Sudhamala" pada kaki candi Tegowangi, terdapat adegan di mana Sahadewa, bungsu Pandawa, menghaturkan sembah kepada Dewi Uma (Parwati) sebagai balas jasa karena telah menjadi "media ruwat" untuk membantu Dewi Uma kembali ke keadaan aslinya yang baik. Ruwat adalah sebuah ritual di Jawa yang memiliki kekuatan gaib untuk membersihkan seseorang dari petaka atau keadaan kotor dan mengembalikannya ke keadaan asal yang bersih. Ra Nini, yang muncul sebagai sosok raksasi dalam cerita, melambangkan keadaan kotor yang harus dibersihkan melalui ruwat.
Pembuatan candi Tegowangi pada abad ke-14 hingga awal abad ke-15 menunjukkan bahwa ritual ruwat sudah ada pada masa Majapahit. Tradisi ini masih dilakukan hingga saat ini, terutama di Bali, di mana wayang ruwat dipentaskan sebagai bentuk ritual peruwatan pada siang hari. Namun, di Jawa saat ini, lakon "Sudhamala" jarang dipentaskan, sementara lakon "murwokolo" lebih sering ditampilkan.
Dalam cerita "Sudhamala", Sahadewa dianugerahi tiga hal oleh Dewi Uma sebagai balas jasa, yaitu sebutan "Sudhamala", anak panah sakti "Pasupati", dan dipimpin untuk menemukan jodohnya di Desa Prangalas. Semoga penjelasan ini bermanfaat bagi pembaca.Bus Mlng-TA, 6 Maret 2023
Bhakta Vidya CITRALEKHA
Comments
Post a Comment