Dalam kontestasi Pilpres 2024 yang semakin dekat, populisme Islam diprediksi akan menjadi perdebatan sengit. Anak-anak tokoh ex-Masyumi, ex-PNI, dan ex-PKI akan berebut wacana sebagai representasi dari Islam Kanan, Islam Tengah (Wasathiyyah), dan Islam Kiri. Track record sebagai anak ideologis Bung Karno, anak ideologis Masyumi, hingga anak ideologis DN Aidit akan dipertaruhkan, seolah-olah masa transisi Orla ke Orba kembali terulang.
Di balik itu, ada korporasi dan oligarki yang berjudi untuk memenangkan kandidat masing-masing. Mereka mendanai para buzzer dari kalangan agamis, nasionalis, dan filosof (padahal sophis) untuk melegitimasi masing-masing kandidat presiden dengan segala macam fallacies. Dalam minggu-minggu terakhir ini, kita melihat simulakra (simulasi, meminjam Jean Baudrillard) diciptakan dengan mengaburkan visi dan misi masing-masing kandidat.
Namun, politik harus menjadi sarana untuk menjadikan rakyat Indonesia semakin dewasa dalam menentukan nasibnya sendiri dalam bernegara. Pidato Bung Karno yang terkenal "Kita tidak bernegara buat sewindu lamanya, kita bernegara buat selama-lamanya" mengingatkan kita untuk melihat jauh ke depan dan tidak terjebak pada kepentingan sempit yang dapat merugikan bangsa.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memilih dengan hati nurani, bukan dengan hati sanubari yang cenderung memojokkan satu anak bangsa atas anak bangsa lainnya. Kita perlu membuang semua tafsir identitas yang mengaburkan pandangan kita dan kembali pada jati diri bangsa Indonesia. Kita harus memilih kandidat yang dapat menjaga kesatuan dan keutuhan bangsa serta membawa kemajuan bagi rakyat Indonesia secara keseluruhan.
Dalam Pilpres 2024 nanti, mari kita pilih pemimpin yang mampu mewakili semua lapisan masyarakat, tanpa terjebak pada identitas agama, suku, atau golongan. Kita harus memilih dengan bijak, sehingga tidak ada lagi perdebatan sengit dan perpecahan dalam masyarakat. Hanya dengan memilih dengan hati nurani dan kebangsaan yang tinggi, kita dapat membangun bangsa Indonesia yang lebih maju dan adil bagi seluruh rakyat Indonesia.
Comments
Post a Comment