Skip to main content

Perkembangan Sejarah Filsafat Barat: Dari Kosmosentris Hingga Logosentris

Dulu, zaman primitif, semua pengetahuan dianggap sama dan semua orang bisa jadi ketua suku, hakim, atau guru besar sekaligus. Tapi lama kelamaan, orang mulai membedakan jenis pengetahuan dan terjadi spesialisasi pekerjaan yang akhirnya mengubah struktur masyarakat.



Sebelum masuk ke zaman Yunani Kuno, orang menggunakan mitos dan dongeng sebagai pembenaran terhadap gejala alam. Misalnya, petir dianggap sebagai amukan dewa Thor. Tapi pada masa perkembangan filsafat Yunani, orang mulai menggunakan akal sehat untuk mencari jawaban atas kejadian alam.


Ahli filsafat seperti Thales, Anaximander, Anaximenes, dan Pythagoras berbicara tentang unsur pembentuk kosmos atau prinsip dasar yang mendasari segala sesuatu. Ada yang menyebut air, yang lain menyebut aperion (sesuatu yang tak terbatas), dan ada juga yang menyebut udara. Ada juga yang berbicara tentang bilangan-bilangan dan unsur-unsur yang disebut atom.


Setelah itu, orang mulai mempertanyakan apakah realitas itu berubah atau tetap. Herakleitos mengatakan semuanya mengalir dan tak ada yang tetap, sedangkan Parmenides menyatakan realitas itu tetap dan tak berubah. Demokritos sendiri berpendapat bahwa realitas terdiri dari banyak unsur yang disebut atom.


Socrates menjadi tokoh penting di masa ini. Dia menggunakan metode dialektika untuk membidani lahirnya pengetahuan dalam jiwa orang lain. Dia bukan menyampaikan pengetahuan, tapi dengan pertanyaan-pertanyaannya, dia menguji nilai pikiran-pikiran yang sudah dilahirkan. Tradisi dialog dalam berfilsafat ini diteruskan oleh murid Socrates, yaitu Plato.

Jadi, dulu pada masa Yunani kuno, pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan itu sama aja, ga dipisahin. Tapi pas abad pertengahan, pemikiran terkait filsafat dicampur aduk sama agama, dan dianggap sama dengan dogma gereja. Jadi, apa-apa yang dibilang gereja, dianggap bener. Waktu itu tuh di Eropa lagi masa keemasan kekristenan.


Tapi kemudian ada Renaissans di abad ke-15 dan Aufklaerung di abad ke-18, pemikiran filsafat jadi beda dari agama. Renaissans itu masa yang fokus banget di bidang seni, arsitektur, musik, sastra, ilmu pengetahuan, teknologi, dan tentu saja filsafat. Waktu itu ada kebebasan berpendapat tanpa takut kena hukuman dari gereja. Pemikiran yang berani menentang dogma bisa mengubah pola pikir dan menghasilkan pemikiran baru dalam filsafat.


Salah satu pemikirannya Aristoteles, yang dikenal banget sama teorinya tentang penyebab-penyebab objek yang diselidiki. Dia bilang ada 4 penyebab, yaitu penyebab material, formal, efisien, dan final. Pokoknya Aristoteles ini punya kontribusi gede buat ilmu pengetahuan.


Nah, di masa Renaissans ini juga lahir beberapa tokoh penting yang nentang dogma gereja, seperti Nicolaus Copernicus yang ngebantah teori Ptolomeus yang dipercayai gereja, tentang bumi sebagai pusat jagad raya. Copernicus malah bilang matahari yang jadi pusatnya. Tokoh lainnya juga ada, kayak Francis Bacon, Galileo Galilei, dan Thomas Aquinas. Jadi, Renaissans itu kayak zaman kelahiran kembali kebebasan berpikir, deh.

Sejarah filsafat barat dapat dibagi menjadi empat periode yang berbeda-beda. Setiap periode memiliki ciri-ciri pemikiran yang dominan pada masa itu.

Pada masa Yunani Kuno, orang-orang sangat tertarik untuk mengetahui asal-usul alam semesta dan jagad raya. Mereka menciptakan pemikiran kosmosentris untuk memahami hal tersebut.


Sementara pada Abad Pertengahan, pemikiran filosofis menjadi sangat terkait dengan agama Kristen. Hal ini membuat para filosof menggunakan pemikiran mereka untuk memperkuat dogma-dogma agama.


Pada masa Abad Modern, pemikiran filosofis lebih banyak difokuskan pada manusia sebagai pusat analisis. Meski begitu, filsafat mulai terpisah dari ilmu pengetahuan yang sudah berkembang pesat.


Dan pada Abad Kontemporer, filosof lebih tertarik untuk mengkaji teks sebagai tema sentral diskursus mereka. Hal ini dikenal sebagai logosentris.

Sejarah filsafat barat dapat dibagi menjadi empat periode yang berbeda-beda. Setiap periode memiliki ciri-ciri pemikiran yang dominan pada masa itu.

Pada masa Yunani Kuno, orang-orang sangat tertarik untuk mengetahui asal-usul alam semesta dan jagad raya. Mereka menciptakan pemikiran kosmosentris untuk memahami hal tersebut.


Sementara pada Abad Pertengahan, pemikiran filosofis menjadi sangat terkait dengan agama Kristen. Hal ini membuat para filosof menggunakan pemikiran mereka untuk memperkuat dogma-dogma agama.


Pada masa Abad Modern, pemikiran filosofis lebih banyak difokuskan pada manusia sebagai pusat analisis. Meski begitu, filsafat mulai terpisah dari ilmu pengetahuan yang sudah berkembang pesat.


Dan pada Abad Kontemporer, filosof lebih tertarik untuk mengkaji teks sebagai tema sentral diskursus mereka. Hal ini dikenal sebagai logosentris.

Comments

Designed by Open Themes & Nahuatl.mx.