Dulu, zaman kolonial memang banyak laki-laki Eropa yang menjalin hubungan dengan perempuan Asia tanpa menikah. Mereka pilih bikin perempuan Asia jadi gundik karena aturan pernikahan seagama. Kalo si perempuan jadi gundik, biasanya berasal dari keluarga miskin atau terhormat yang diserahkan ayahnya buat mempertahankan kedudukannya. Nah, mereka dipekerjakan buat mengurusi rumah dan kebutuhan biologis si tuannya. Tapi sayangnya, banyak gundik yang diperlakukan dengan kejam dan disiksa oleh tuannya. Sedih banget ya!
Kalo si gundik punya anak dari hubungannya, anaknya bakal diambil dan si perempuan gundik akan disingkirkan. Padahal di mata koloni, gundik dianggap bodoh dan nggak sederajat karena cuma jadi selingan belaka. Apa nggak miris ya?
Tapi jangan khawatir, ada juga kok kisah-kisah perempuan gundik yang berani melawan koloni seperti Nyai Ontosoroh atau Nyai Dasimah. Mereka adalah pahlawan yang berjuang buat hak-hak mereka di tengah ketidakadilan.
Sekarang, meskipun udah nggak zaman kolonial lagi, masih banyak juga kasus pergundikan atau perselingkuhan. Ada perempuan yang jadi simpanan atau gundik sebagai pasangan jangka panjang, tapi nggak terikat dalam ikatan pernikahan. Hubungan mereka biasanya nggak diumumin secara terang-terangan. Tapi bedanya, sekarang perempuan simpanan biasanya hidup mewah dan segala kebutuhan udah terpenuhi oleh si tuannya.
Nah, faktor pemicu yang bikin perempuan jadi simpanan biasanya adalah faktor material dan tuntutan gaya hidup. Kadang ada yang tergiur sama kehidupan yang penuh dengan kekayaan dan pengin dapet penghasilan secara mudah. Meski begitu, banyak perempuan simpanan yang menyadari bahwa apa yang mereka lakukan itu sangat berisiko dan bisa bikin pandangan masyarakat pada mereka jadi buruk.
Banyak orang memandang perempuan simpanan sebagai perebut suami orang dan menerima segala kemewahan dengan cara yang nggak baik. Tapi sebenernya nggak semuanya seperti itu. Ada juga perempuan simpanan yang merasakan penderitaan dan pertentangan batin karena mendapat hujatan di masyarakat. Mereka sering kali nggak dihargai dan bisa ditinggalkan kapan saja. Sedih banget ya.
Sebutan "perempuan simpanan" itu bikin mereka kehilangan hak-hak kemanusiaan dan hanya dianggap sebagai mainan atau hiburan belaka. Ini menunjukkan bahwa ketertindasan terhadap perempuan masih terjadi. Gerakan perempuan harus terus membangun kesadaran dan semangat untuk memperjuangkan hak-hak perempuan dan mencegah kasus seperti pergundikan modern ini. Kita semua harus dukung upaya untuk mengubah pandangan masyarakat terhadap perempuan simpanan dan menghentikan praktik ini yang merugikan banyak orang, terutama perempuan.
Selain itu, penting juga untuk memberikan pendidikan dan kesadaran pada perempuan untuk memahami bahwa tidak ada jalan pintas atau cara mudah dalam mencapai keberhasilan dan kebahagiaan hidup. Semua itu harus diraih dengan kerja keras dan integritas.
Sementara itu, pada pihak laki-laki, perlu ada perubahan sikap dan mindset yang menghargai perempuan sebagai individu yang setara dan memiliki hak yang sama. Pendidikan dan kampanye juga harus diarahkan untuk menghilangkan stigma negatif terhadap perempuan simpanan dan memperjuangkan hak-hak mereka sebagai manusia.
Dalam menghadapi pergundikan atau perselingkuhan, perempuan harus memiliki keberanian untuk mengambil langkah-langkah yang tepat dan tidak menyerah pada situasi yang merugikan. Mereka harus bisa memperjuangkan hak-haknya dan memilih jalan yang lebih baik untuk masa depan mereka. Sedangkan pemerintah dan lembaga terkait harus memberikan perlindungan dan akses pada perempuan yang terlibat dalam pergundikan atau perselingkuhan, termasuk memberikan akses pada pendidikan dan pelatihan untuk membuka peluang kerja yang lebih baik.
Dalam mengatasi kasus pergundikan dan perselingkuhan, semua pihak harus saling bekerja sama untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan menghargai hak asasi manusia. Kita semua harus terus berjuang dan memperjuangkan hak-hak perempuan demi masa depan yang lebih baik.
Original Source: Menyibak Misteri Fenomena Pergundikan (buletinaufklarung.com)
Comments
Post a Comment