Skip to main content

Adegan Lucu dan Kenakalan Remaja dalam Sastra dan Sejarah

 SEMAR NGINCENG MANTEN ANYAR : Panil ke-11 Relief Cerita "Sudhamala" Candi Tegowangi

Oleh M. Dwi Cahyono

Salah satu hal yang menarik dari sastra adalah kemampuannya untuk menghadirkan adegan-adegan lucu dan menghibur yang bisa membuat pembaca tersenyum atau tertawa. Adegan-adegan ini biasanya berfungsi untuk mengurangi ketegangan, menyindir keadaan sosial, atau menunjukkan sisi manusiawi dari tokoh-tokoh. Dalam sastra Indonesia, kita bisa menemukan banyak contoh adegan-adegan lucu dan menghibur, baik dalam sastra lama maupun modern.



Dalam sastra lama, kita bisa melihat adegan-adegan lucu dan menghibur dalam dunia pewayangan Jawa. Di sini, ada tokoh-tokoh punokawan yang suka bikin orang ketawa dengan tingkah laku dan ucapan mereka yang kocak. Ada Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Mereka adalah abdi setia keluarga Pandawa yang selalu mendampingi mereka dalam berbagai petualangan. Dalam beberapa cerita, cuma ada Semar aja yang jadi punokawan. Dia adalah tokoh yang paling bijak dan paling tua di antara mereka. Dia juga suka kelakuannya yang lucu dan naif yang sering membuat orang bingung.

Tapi, ada satu adegan yang agak nakal yang melibatkan Semar. Di relief Candi Tegowangi, Semar sedang ngintip adegan asmara pasangan pengantin baru dari luar bilik. Sialnya, dia jatuh dari dingklik-nya dan Sadewa, yang sedang di dalam, denger suaranya. Akibatnya, Semar dinikahkan dengan inang Ni Soka, yang sebelumnya jadi bahan ngintip-nya. Adegan ini menunjukkan sisi humoris dan ironis dari Semar yang sebenarnya adalah tokoh suci dan sakti.


Tapi, adegan Semar ini bukan cuma terjadi di zaman dulu. Di masa lalu, remaja juga sering ngintip adegan asmara secara diam-diam, khususnya ketika ada orang baru menikah. Mereka sering menggunakan lidi atau benda tajam untuk melobangi atau memperbesar celah anyaman biar bisa melihat dengan lebih jelas. Tapi, ya harus hati-hati supaya nggak ketahuan. Adegan ini biasanya muncul dalam cerita rakyat atau dongeng yang bertujuan untuk menghibur atau mendidik anak-anak.

Dalam sastra modern, kita juga bisa menemukan adegan-adegan lucu dan menghibur yang menggunakan bahasa sehari-hari atau bahasa gaul. Misalnya, dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, ada adegan di mana Ikal dan teman-temannya mencoba memasuki bioskop dengan cara menyamar sebagai anak-anak kecil. Mereka memakai baju-baju berwarna-warni dan topi-topi lucu untuk mengecoh penjaga bioskop. Tapi, rencana mereka gagal ketika penjaga bioskop menyadari bahwa mereka adalah anak-anak SD Muhammadiyah Belitung yang terkenal miskin dan nakal.

Adegan-adegan lucu dan menghibur dalam sastra bisa memberikan kesenangan dan keceriaan bagi pembaca. Selain itu, adegan-adegan ini juga bisa memberikan pesan-pesan moral atau kritik sosial yang terselubung di balik tawa. Dengan demikian, sastra tidak hanya menjadi sarana hiburan semata, tapi juga sarana pendidikan dan pencerahan.

Hoalah Semar, Semar, ono-ono wae, he he he. Mohon maaf apabiila kurang berkenan dalam membacanya. Nuwun. 

KA Brawijaya TA-Mlng, 19 Maret 202$

Patembayan CITRALEKHA

Comments

Designed by Open Themes & Nahuatl.mx.