Skip to main content

Perempuan Pala: Kumpulan Kisah Sejarah Kota Aceh di Masa Penjajahan

Perempuan Pala, sebuah kumpulan kisah sejarah Kota Aceh pada masa penjajahan yang dirangkai menjadi sebuah buku perjalanan. Buku ini terbit pada tahun 2015 oleh Penerbit Buku Mojok dengan penulis Azhari Aiyubi. Dalam artikel ini, kita akan membahas ulasan buku Perempuan Pala.



Kisah-kisah dalam buku ini berlatar pada abad ke-19, di mana Aceh sedang dalam keadaan sulit di bawah penjajahan. Buku ini terdiri dari kumpulan cerita pendek yang dibawakan dengan penuh emosi dan tak jarang terkesan mistis dan janggal. Namun, di balik keanehan kisah yang dihadirkan, tersimpan realitas yang patut diperhatikan.


Buku ini mengisahkan tentang perjuangan, penderitaan, politik, hingga kekuasaan yang mengekang manusia, termasuk mengenai pertempuran kepercayaan, jati diri, dan ideologi. Melalui kisah-kisahnya, buku ini memberikan pandangan lain tentang cara penulisan sejarah yang kelam dengan gaya yang nyaman untuk dibaca dan tetap memberikan emosi yang kuat.


Buku ini dibuka dengan pengantar oleh Prof. Jamas T. Siagel, seorang antropolog dan guru besar di Universitas Cornell, Ithaca, Amerika Serikat. Pengantar ini mengisahkan tentang perjalanan Kota Aceh berdasarkan sejarah dan realitanya, serta perjuangan mereka melawan penindasan yang terjadi.


Kemudian, buku ini dibagi menjadi beberapa bagian. Bagian pertama menceritakan tentang masa-masa setelah peristiwa kudeta Jenderal Soeharto. Buku ini menggambarkan bagaimana keadaan masyarakat kala itu, terutama para kuli yang sulit mencari pekerjaan. Mereka dihadapkan dengan ancaman pemerintah dan kelompok pemberontak yang siap menerkam mereka kapan saja.


Bagian kedua dari buku ini menceritakan tentang Air Raya, kisah yang terkenal dari Azhari. Buku ini menggambarkan bencana tsunami yang menerjang Aceh, perihal perahu yang tumbuh setiap air raya tiba dan membawa sang empunya menyusul perahu Nuh.


Dalam buku ini, kita dapat menemukan bagaimana nasib para lelaki yang harus rela diangkut bala tentara menuju antah berantah dan hanya meninggalkan nama dan tak jarang janda dengan jabang bayinya. Dalam kisah ini, tak ada warga yang berani keluar kala petang menjelang, para tentara akan muncul dan mengetuk rumah-rumah orang terpilih, menggiring yang punya rumah masuk ke dalam barisan bersama decit ban truk-truk mereka.


Buku Perempuan Pala juga mengisahkan tentang kisah seorang perempuan yang menjadi tokoh utama dalam buku ini, yaitu Pala. Pala adalah seorang perempuan yang sangat berani dan cerdas. Ia melawan ketidakadilan yang terjadi di Aceh pada masa penjajahan. Pala bahkan berhasil memimpin suatu gerakan yang memperjuangkan hak-hak perempuan.


Dalam kisah ini, kita dapat melihat bagaimana perempuan di Aceh pada masa penjajahan memiliki peran yang sangat penting dalam memperjuangkan keadilan dan kemerdekaan. Pala adalah salah satu contoh perempuan yang tidak hanya berjuang untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi juga untuk kepentingan masyarakat Aceh pada umumnya.


Buku Perempuan Pala juga menghadirkan kisah-kisah tentang kehidupan sehari-hari masyarakat Aceh pada masa penjajahan. Kisah-kisah ini memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana kehidupan masyarakat Aceh pada masa itu, mulai dari cara mereka mencari nafkah hingga tradisi dan kepercayaan yang mereka anut.


Selain itu, buku ini juga menggambarkan betapa pentingnya mempertahankan budaya dan kearifan lokal dalam menghadapi penjajahan. Melalui kisah-kisah yang dihadirkan dalam buku ini, kita dapat belajar bahwa meskipun dihadapkan dengan kondisi yang sulit, masyarakat Aceh tetap mempertahankan budaya dan kearifan lokal mereka sebagai salah satu bentuk perlawanan terhadap penjajahan.


Secara keseluruhan, buku Perempuan Pala merupakan kumpulan kisah yang sangat inspiratif dan menggugah hati. Buku ini tidak hanya memberikan pandangan yang berbeda tentang sejarah Aceh pada masa penjajahan, tetapi juga memberikan inspirasi bagi kita semua untuk terus berjuang mempertahankan hak-hak kita sebagai manusia dan memperjuangkan keadilan untuk semua orang.

Comments

Designed by Open Themes & Nahuatl.mx.