Skip to main content

Menjelang Normal Baru: Tantangan dan Kendala Pembelajaran Online di Tulungagung

 Hai, aku adalah seorang guru dan keluargaku bisa dibilang termasuk keluarga guru juga. Sebagian besar hidupku berurusan dengan guru, jadi setiap kali ada persoalan yang menyangkut nasib guru, perasaanku mudah terharu banget.



Ketika ada guru merasa sedih, aku ikut merasa sedih. Ketika guru merasa senang, aku juga ikut merasa senang. Aku suka banget dengan profesi guru dan sebenarnya aku sendiri juga sudah menjadi seorang guru.

Namun, sebagai guru, ada hal-hal yang terkadang susah banget dilakukan. Semua orang pasti sudah tahu kan kalau profesi guru itu harus punya penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang memadai, kemampuan profesional, idealisme, pengabdian, keikhlasan, dan keteladanan yang tinggi.

Tapi, saat ini dunia pendidikan sedang berkembang dan berubah banget. Guru dituntut untuk memenuhi kewajiban jam mengajar yang ditetapkan oleh pemerintah. Jadi, waktuku untuk keluarga jadi berkurang banget, mulai dari pukul 07.00 WIB hingga pukul 15.30 WIB. Pokoknya, jadi susah banget deh jadi guru.

Dunia pendidikan di Tulungagung, sepertinya belum seutuhnya siap untuk menerapkan pembelajaran online. Padahal, pembelajaran tersebut sangat dibutuhkan pada masa pandemi ini. Pembelajaran online ini mengharuskan guru dan siswa berkomunikasi secara interaktif dengan menggunakan komputer atau gadget dan aplikasi pembelajaran seperti WA, Google Classroom, Edmodo, Quizzi, Zoom Cloud, dan lain-lain. Tentunya, penerapannya masih ada beberapa kendala seperti penggunaan komputer dan gadget bagi siswa serta keterbatasan jaringan signal di daerah pedesaan.


Dalam penerapannya, pola kebiasaan cara belajar mengajar siswa dan guru yang sudah terbiasa dengan pembelajaran konvensional juga turut menjadi kendala. Namun, guru perlu mampu merancang atau mendesain pembelajaran online secara ringan dan efektif bagi siswa. Banyak guru yang terlalu tergoda menggunakan aplikasi pembelajaran online yang memang saat ini sedang menjadi tren, meski tidak sesuai kebutuhan siswa dan justru membuat siswa merasa stress karena tugas yang tidak terukur dan tidak sesuai dengan kemampuan mereka.


Padahal, sebenarnya dengan memanfaatkan WhatsApp Group saja, para guru bisa memberikan pembelajaran online secara sederhana dan mudah untuk diakses oleh siswa.


Bahkan, beberapa siswa curhat bahwa mereka merasa terbatas dalam aktivitas, karena harus belajar dan bermain di rumah tanpa bisa bermain di tempat yang jauh. Mereka juga kadang kesulitan memahami tugas sekolah dan memerlukan bimbingan dari orang tua. Namun, ada juga sebagian siswa yang merasa senang bisa belajar di rumah karena bisa memakai handphone dan browsing di internet.


Orang tua juga merasa senang bisa terus bersama dengan anak-anak mereka sepanjang waktu, meski mereka kadang merasa kesulitan membimbing anak-anaknya dalam belajar. Yang lebih sulit lagi, bagi orang tua yang gaptek, maka tugas online anak-anak juga akan memakan kuota dan budget tambahan.


Setiap pihak dalam proses pembelajaran online ini sepertinya memiliki tantangannya masing-masing. Namun, harus kita ingat, bahwa pembelajaran online ini tidak boleh menjadi alasan kita untuk kehilangan semangat untuk terus belajar dan mengajar. Maka, tetaplah semangat di tengah pandemi ini dan semoga semua bisa kembali seperti sedia kala.


Original Source: Sinar Pelangi: Curhatan Seorang Oemar Bahkrie Di Tengah Pusaran Corona | DIMëNSI (dimensipers.com)

Comments

Designed by Open Themes & Nahuatl.mx.