Tadi malam aku tidak nyangka akan bertemu dengan sejumlah seniman dan budayawan di John Cafe Jl. Majapahit. Mereka berkumpul untuk merayakan ulang tahun Prof. Joko Saryono. Namun, di tengah-tengah acara yang seru, tiba-tiba terjadi hal yang tak terduga. Mbah Yongki Irawan yang sedang duduk di teras bersama rekan-rekan sejawat tiba-tiba tak sadarkan diri.
Kita semua panik dan langsung berusaha memberikan pertolongan. Kami segera menghubungi "ambulance relawan kesehatan" untuk membawanya ke rumah sakit. Sialnya, RS Hermina sedang full pasien, jadi kami harus membawanya ke ICU di RSUD Saifull Anwar.
Sempat ada momen di mana dia membaik sedikit, tapi kemudian terjadi serangan berikutnya. Sayangnya, akhirnya setelah usaha medis yang optimal, tepat pukul 00.32 hari Selasa dini pagi 28 Maret 2023, Mbah Yongki Irawan menghembuskan nafas terakhirnya di RSUD Saifull Anwar. Para sahabatnya yang juga pegiat semi-budaya setia menemaninya hingga akhir hayatnya.
Saya dan para sahabat seni-budaya yang berkumpul malam itu, ternyata masih diliputi kesedihan setelah menyelimuti perasaan senangnya merayakan ultah Prof. Joko. Kami berkumpul untuk memberikan penghormatan terakhir kepada pegiat budaya yang luar biasa ini. Aku teringat orasi yang pernah aku sampaikan pada Festival Kampung Dolanan di jalan depan rumah almarhum pada enam tahun lalu tentang "Nyi Putut", yang sebenarnya menjadi representasi jati diri dari Mbah Yongki dalam dasawarsa terakhir kehidupannya.
Semoga arwahnya diterima di sisi-Nya dan selalu menginspirasi kita semua dengan karya-karyanya yang monumental. Selamat jalan, Mbah Yongki "Putut" Irawan, pengantar budaya Malang Raya yang telah meninggalkan banyak karya dan inspirasi. Padhang dalane dan jembar kubure. Amin.
Comments
Post a Comment