Skip to main content

Kepanitiaan, Rokok dan Kemanusiaan

Jadi saya baru saja menanggapi tentang pengadaan rokok di suatu kepanitiaan dan ternyata tanggapan saya memancing reaksi yang berbeda-beda. Ada yang bingung apakah saya salah, ada juga yang bilang bahwa pengadaan rokok itu hal yang lumrah. Sebelumnya, saya memang tidak mengatakan bahwa saya antirokok, tapi sebenarnya tulisan ini bukan hanya tentang rokok saja.



Saya ingin membahas kondisi di lingkungan akademik khususnya di kalangan mahasiswa. Saya sering kali menghadiri acara di mana panitia menyediakan rokok khusus untuk mereka saja. Menurut aturan administrasi, pengeluaran untuk rokok tidak bisa dicantumkan secara bebas dalam penganggaran atau penulisan laporan keuangan. Tapi bagaimana panitia bisa mendapatkan rokok? Tentu saja, rokok adalah jenis konsumsi yang lumrah. Kadang-kadang makanan dan minuman juga diperlakukan sama dengan rokok dan harus dicukupi dalam kondisi tertentu.


Namun, hal yang menarik adalah bahwa dalam hal konsumsi makanan dan minuman, panitia mendapat jumlah yang sama dan dibagikan secara merata, kecuali ada perbedaan antara panitia dan peserta acara. Masing-masing panitia mendapatkan jatah konsumsi yang sama. Terkadang, jenis makanan dan minuman ditentukan dalam musyawarah mufakat oleh seluruh anggota panitia. Kita bisa menganggap bahwa musyawarah dan pembagian konsumsi itu menunjukkan semangat demokrasi, transparansi, kebersamaan dan solidaritas.


Sekarang, saya ingin menanyakan apakah pengadaan rokok juga menunjukkan semangat kebersamaan dan solidaritas dalam kepanitiaan? Seringkali, jawabannya adalah tidak. Ini juga bukan berarti saya menganggap bahwa rokok adalah hal yang negatif. Namun, seperti yang telah disinggung, pengeluaran untuk rokok adalah hal yang lumrah dalam kepanitiaan. Ada kesadaran kolektif tentang kehadiran rokok dalam keadaan tertentu, dan kemudian sementara dilakukan oleh bendahara atau ketua panitia. Terkadang, non-perokok juga tidak ditanya apakah mereka ingin mendapatkan rokok atau tidak.


Menurut saya, kemanusiaan terkait dengan konsumsi rokok. Kita mudah meninggalkan sisi kemanusiaan dalam alternatif perilaku yang dianggap lumrah. Mungkin ini juga mengklasifikasikan konsumsi rokok non-perokok sebagai hal yang sepele untuk diajukan. Namun, mengapa perokok bisa dengan mudah meminta rokok mereka sedangkan non-perokok harus menyampaikan permintaan mereka? Ini sekali lagi tentang kesadaran kolektif dan kecenderungan untuk tidak mendukung kesetaraan suara dalam menentukan siapa yang harus mendapat rokok.


Kita harus memahami bahwa jika kita ingin mengubah kebiasaan ini, kita harus memulainya dari semangat bersama. Jika ada pemegang mandat seperti ketua panitia atau orang yang berpengaruh dalam kepanitiaan, mereka harus terlibat dalam memenuhi hak-hak setiap anggota panitia. Kita perlu melampaui gagasan tentang hal yang hanya lumrah. Karena jika tidak, kita akan mudah terkena neglect yang dapat mengganggu hak atau kebutuhan orang lain, tidak terkecuali panitia mahasiswa. Kita harus menjaga semangat kebersamaan dan solidaritas dalam kepanitiaan, dan tetap memperhatikan kemanusiaan.


Comments

Designed by Open Themes & Nahuatl.mx.