Gerakan Islam telah ada di Indonesia sejak lama, dan telah mengalami berbagai perkembangan seiring waktu. Salah satu gerakan Islam yang terkenal di Indonesia adalah Masyumi, gerakan Islam modern yang didirikan pada tahun 1943. Namun, Masyumi resmi dibubarkan pada tahun 1960 oleh pemerintah di bawah Bung Karno karena dianggap terlalu radikal dan bertentangan dengan kebijakannya. Hal ini menjadi pukulan berat bagi gerakan Islam di Indonesia dan dianggap sebagai ancaman terhadap identitas Islam di negara ini.
Pada tahun 1967, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) didirikan sebagai respons terhadap ancaman pengkristenan yang dirasakan dan untuk melanjutkan gerakan Islam modern yang dimulai oleh Masyumi. Namun, pada tahun 1970-an, Indonesia melihat kedatangan berbagai kelompok Islam transnasional, termasuk Wahabi, Jamaat-e-Islami karya Abul Ala Al-Maududi, dan Ikhwanul Muslimin dari Mesir, yang menyusup dan memiliki hubungan dekat dengan DDII.
Pada 1980-an, di bawah kepemimpinan Presiden Suharto, merupakan periode represif bagi gerakan Islam di Indonesia, dengan banyak organisasi yang dilarang atau dipaksa untuk beroperasi secara underground. Namun, DDII dapat beroperasi secara underground dan menciptakan jaringan Islam yang kuat meskipun jarang disebut dalam media. Hal ini karena DDII memiliki hubungan yang kuat dengan ekonomi Muslim di Indonesia.
Salah satu partai politik yang terkait dengan gerakan Islam di Indonesia adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS). PKS memiliki jaringan yang kuat dan berpengaruh di dunia politik Indonesia, terutama di organisasi mahasiswa universitas. PKS terinspirasi oleh Ikhwanul Muslimin yang didirikan oleh Hasan al-Banna dan terkait dengan Wahabisme.
Meskipun PKS dihormati oleh beberapa orang karena karakter moral dan intelektual mereka, namun partai ini juga dikritik oleh orang lain karena ideologi keagamaannya. Ada juga yang memandang PKS menjadi oportunis karena kampanyenya untuk penghapusan pajak motor.
Beberapa intelektual PKS juga terlibat dalam korupsi dan banyak figur vokal dan intelektual yang telah meninggalkan partai ini. Saat ini, PKS terdiri terutama dari ustaz dan merupakan partai kader dengan hierarki yang kuat.
PKS mengalami peningkatan signifikan dalam jumlah suara pada tahun 2000-an, namun hal ini menyebabkan dilema. Banyak pendukung baru yang harus diinduksi dengan cepat, yang mengakibatkan pengorbanan idealisme.
Meskipun demikian, beberapa murabbi dari PKS mungkin tidak memiliki kualitas yang sama seperti sebelumnya. Namun, program mentoring yang difokuskan pada pengembangan moral yang baik, spiritualitas, dan intelektualitas pada siswa, masih menjadi prioritas penting di sekolah-sekolah di Indonesia.
Comments
Post a Comment