Dulu, ketika manusia masih hidup secara primitif, mereka tidak membedakan antara berbagai jenis pengetahuan. Semua yang mereka tahu dianggap sebagai satu jenis pengetahuan saja. Seorang ketua suku bisa menjadi hakim, penghulu, atau bahkan guru besar sekaligus. Namun, pada perkembangan zaman, mulai terjadi perbedaan antara berbagai jenis pengetahuan yang mengakibatkan terjadinya spesialisasi pekerjaan. Hal ini bisa merubah struktur masyarakat.
Sebelum masuk pada masa Yunani Kuno, manusia menggunakan mitos dan dongeng sebagai penjelasan terhadap fenomena alam. Namun, jawaban yang diberikan oleh Mitologi Yunani tidak bisa dijelaskan secara rasional. Misalnya, petir berasal dari amukan dewa Thor. Pembenaran yang didasarkan pada mitos ini berlangsung sampai abad ke-6 sebelum Masehi.
Periode paling dasar dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan adalah masa filsafat Yunani (abad ke-6 SM hingga 0 M). Pada masa ini, terdapat ahli filsafat seperti Thales (624-546 SM). Pada masa ini, para ahli filsafat berusaha mencari prinsip (arche) yang menjadi dasar dari segala sesuatu yang ada. Mereka banyak membicarakan unsur pembentuk kosmos atau prinsip yang mendasari segala sesuatu. Thales menyebut air sebagai asas dari segala yang ada.
Ada juga ahli filsafat lain seperti Anaximander (611-545 SM) yang menyebut aperion, yakni sesuatu yang tidak terbatas, sebagai asal mula dari segala sesuatu. Anaximenes (588-524 SM) menyebut udara sebagai unsur vital kehidupan. Pythagoras (580-500 SM) menyatakan bahwa asas segala sesuatu dapat dijelaskan dengan bilangan-bilangan. Diskusi kefilsafatan selanjutnya bukan lagi tentang asal usul kejadian alam semesta, melainkan tentang apakah realitas itu berubah atau tetap. Ada dua filosof terkenal pada masa itu, yaitu Herakleitos (540-475 SM) dan Parmenides (540-475 SM). Herakleitos mengatakan bahwa segala sesuatu selalu berubah, sedangkan Parmenides mengatakan bahwa realitas itu tetap dan tidak berubah. Pandangan Demokritos (460-370 SM) menyatakan bahwa realitas terdiri dari banyak unsur yang disebut atom. Pandangan ini menjadi cikal bakal perkembangan ilmu fisika, kimia, dan biologi.
Pada zaman Yunani kuno, orang-orang mulai memikirkan tentang alam semesta dengan cara yang lebih rasional dan tidak lagi hanya berdasarkan mitos. Tokoh yang paling terkenal dalam filsafat Yunani adalah Socrates. Dia menggunakan metode berfilsafat yang disebut dialektika, di mana ia tidak memberikan pengetahuan langsung tetapi menggunakan pertanyaan untuk memicu pengetahuan dalam orang lain. Murid Socrates, Plato, meneruskan tradisi dialog dalam berfilsafat. Namun, pemikiran filsafat mencapai puncaknya pada murid Plato, Aristoteles. Dia mengemukakan bahwa ilmu pengetahuan harus mencari penyebab dari suatu objek yang diselidiki. Menurutnya, ada empat jenis penyebab untuk memahami proses terjadinya segala sesuatu.
Pada masa itu, pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan tidak dipisahkan. Semua hasil pemikiran manusia disebut filsafat. Namun, di abad pertengahan, pemikiran filsafat menjadi satu dengan agama dan dogma gereja. Akibatnya, apa pun yang dikatakan gereja dianggap benar. Zaman Pertengahan di Eropa dikenal sebagai masa keemasan bagi kekristenan, yang berlangsung dari abad ke-6 hingga ke-16 Masehi.
Sejarah filsafat barat dapat dibagi menjadi empat periode berdasarkan ciri-ciri pemikiran dominannya pada masa tersebut.
Pada masa Yunani Kuno, para filosof sangat tertarik dengan asal usul alam semesta dan jagad raya, sehingga pemikiran mereka kosmosentris.
Masa Abad Pertengahan ditandai dengan pemikiran teosentris, di mana para filosof menggunakan filsafat untuk memperkuat dogma-dogma agama Kristiani.
Sementara itu, pada masa Abad Modern, pemikiran antroposentris muncul, yaitu memfokuskan manusia sebagai pusat analisis filsafat. Walaupun filsafat masih tetap sekuler, namun ilmu pengetahuan menjadi sangat penting dan terus berkembang.
Kemudian, pada masa Abad Kontemporer, para filosof lebih fokus pada logosentris, yaitu menjadikan teks sebagai tema sentral dalam diskursus mereka.
Pada masa Renaissans, pemikiran filsafat mulai memisahkan diri dari agama dan menitikberatkan pada kebebasan pendapat. Era ini juga ditandai dengan munculnya karya seni yang menakjubkan, seperti lukisan, patung, arsitektur, musik, dan sastra. Para filsuf pada masa ini, seperti Nicolaus Copernicus, Francis Bacon, Galileo Galilei, dan Thomas Aquinas, memberikan kontribusi besar dalam pemikiran dan perkembangan filsafat.
Comments
Post a Comment