Skip to main content

Tantangan Politik di Perguruan Tinggi Indonesia: Wacana Positif untuk Masyarakat

Temen-temen tentunya tahu politik di Indonesia belakangan ini memang agak memprihatinkan ya? Banyak masyarakat yang merasa tidak bisa lagi mempercayai pemerintah karena kejadian-kejadian negatif, seperti korupsi dan jual beli suara dalam dunia politik. Ini jelas bikin masyarakat merasa trauma dan menciptakan perasaan negatif terhadap pemerintah.



Hal ini membuat kita bersedih karena sistem demokrasi di Indonesia sekarang lagi kurang meyakinkan. Terlebih lagi, kita harus siap-siap menghadapi Pemilu 2024 yang semakin mendekat. Akan tetapi, sebelum kita membahas soal Pemilu, kita perlu bahas dulu soal pemerintahan dalam ranah perguruan tinggi.

Terkenal filosof politik Soe Hok Gie pernah bilang kalau mahasiswa tuh idealis. Sayangnya, golongan mahasiswa sekarang udah keliatannya turun kualitas karena terjerumus dalam hal-hal buruk seperti jual beli suara dan kontrol KPU. Ini tingkat ke-diskualifikasi-etisan mereka yang parah banget sih.

Ini jadi inget sama Machiavelli, seorang filsuf politik yang hidup di era Pencerahan. Dia ngebahas soal cara merebut, membentuk dan mempertahankan kekuasaan, yang sayangnya enggak mempertimbangkan hal-hal positif buat masyarakat.

Machiavelli bilang, kalau mau merebut kekuasaan, kita harus bikin musuh teman. Aliansi itu penting banget buat melawan musuh bersama. Kalau udah berhasil merebut kekuasaan, kita harus hancurin habis-habisan rezim lawan biar mereka enggak bisa bangkit lagi.

Dan ternyata bentuk politik bikin Machiavelli jadi kayak preman politik ya. Dia bilang teman sekalipun harus disingkirkan kalau punya chance untuk mengganggu kekuasaan.

Ini juga terlihat dari kebiasaan pemimpin saat ini yang lebih mementingkan diri sendiri ketimbang kepentingan rakyatnya sendiri.

Makanya, purba prasangka masyarakat sebagai bentuk opposition kepada pemerintah itu penting banget. Kita harus membawa wacana-wacana positif buat kepentingan masyarakat dengan cara yang baik dan tidak berlebihan.

Contohnya, dulu pada tahun 1998 kita liat banyak mahasiswa yang melakukan aksi demo buat memperjuangkan keadilan dalam dunia politik dan akhirnya berhasil bikin runtuh rezim Orde Baru. Ini membuktikan bahwa kita masih bisa memperjuangkan keadilan, asal niat dan kerja keras memang ada.

Jadi, meskipun filosofi politik dari Machiavelli lebih berfokus pada kepentingan pribadi, kita enggak harus diam dan menyerah dengan situasi politik saat ini. Kita juga enggak harus terlalu negatif dan melakukan kekerasan, tapi kita bisa memperbaiki situasi politik ini dengan cara-cara yang positif buat kepentingan bersama.


Comments

Designed by Open Themes & Nahuatl.mx.