Skip to main content

Pandangan Santai: Tantangan Menulis Buku untuk Dosen di Indonesia

 Nah, kalian tau gak sih? Menulis buku tuh tantangannya nggak main-main bagi dosen di Indonesia. Selain harus ngurusin tri dharma, dosen juga dikasih tugas-tugas tambahan yang kadang bikin kepala mumet.



Padahal, tugas tambahan itu kadang-kadang bukan main-menyita waktu dan pikiran, loh! Makanya, kalau nggak punya manajemen waktu yang oke, dosen bisa jadi nggak bakal bisa nulis buku. Energi dan pikiran udah habis untuk kegiatan sehari-hari aja, nggak ada sisa buat nulis buku.

Ya, memang sih, realitanya kayak gitu. Gak heran banyak yang nyinyir sama produktivitas karya para dosen kita. Kalau gini terus, bisa-bisa para dosen jadi nggak punya waktu buat nulis buku lagi, deh. Sedih banget, kan?

Kita sudah sering dengar tentang kritik terhadap produktivitas para dosen dalam menulis buku. Tapi, apakah kritik itu sudah cukup? Ternyata tidak juga. Kita perlu tindakan nyata agar ada perubahan yang terjadi.

Kita seringkali merasa rindu akan sesuatu yang tidak kita miliki. Misalnya, saat kita sibuk merindukan waktu luang. Tapi ketika waktu luang sudah ada, kita malah bingung harus melakukan apa.

Namun, memang benar bahwa minimnya produktivitas dalam menulis buku melibatkan banyak faktor. Tidak hanya soal waktu, tapi juga komitmen yang kuat dalam menulis.

Jadi, tidak ada salahnya kita mencoba untuk membuat komitmen dalam menulis, meskipun di tengah segala kesibukan yang kita hadapi. Siapa tahu, dengan adanya komitmen itu, kita bisa terus terpacu untuk menulis dan menghasilkan karya-karya yang bermanfaat. Yuk, kita coba!

Ya, menulis sebuah buku memang tidak bisa dilakukan dengan instan. Butuh waktu dan ketekunan untuk menyusun kata-kata menjadi sebuah karya yang bermakna. Namun, jangan khawatir jika waktu terasa sempit dan jadwal padat, karena menulis satu halaman dalam sehari pun sudah merupakan langkah awal yang bagus.

Dengan tekun menulis satu halaman setiap harinya, dalam seratus hari saja sudah bisa menghasilkan seratus halaman. Kemudian tinggal melakukan editing dan penyempurnaan. Tentunya hal ini membutuhkan komitmen dan konsistensi agar bisa mencapai target menulis satu buku dalam satu semester.

Jangan lupa, selain mengatur waktu secara khusus untuk menulis, memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya juga penting. Semua tantangan pasti bisa dihadapi dengan semangat dan usaha yang pantang menyerah. Jadi, mari kita mulai menulis buku kita sekarang!

Menulis buku sebenarnya bisa jadi menjadi sebuah kegiatan yang menyenangkan dan membebaskan pikiran. Saat kita menulis, kita memiliki kesempatan untuk mengekspresikan ide dan gagasan yang kita miliki dengan bebas. Ini juga bisa menjadi kesempatan untuk mempelajari hal-hal baru dan menambah wawasan kita.

Kita bisa belajar dari para penulis yang sudah sukses untuk menciptakan sebuah kultur menulis yang produktif. Mungkin mereka sibuk dengan pekerjaan dan aktivitas lainnya, tetapi mereka menemukan cara untuk tetap menulis dan menghasilkan karya. Bagi mereka, menulis bukan lagi sebuah hambatan tetapi sebuah tantangan yang bisa diatasi.

Jadi, jika kita ingin menulis buku, jangan biarkan kesibukan menjadi hambatan. Jadikan menulis sebagai bagian dari kultur kita dan jangan takut untuk memulai. Siapa tahu, karya kita bisa menjadi inspirasi bagi orang lain.


Original Source: https://www.kompasiana.com/ngainun-naim.berbagi/641d5a8c4addee0d844af3c2/komitmen-dan-konsisten

Comments

Designed by Open Themes & Nahuatl.mx.