Skip to main content

Ketimpangan Ekonomi di Indonesia: Pertumbuhan Tanpa Multiplier Effect dan Erosi Kemanusiaan

 Hai! Apa kabar? Ada yang menarik untuk dibicarakan hari ini nih, yaitu tentang fakta mengejutkan bahwa jumlah pemilik rekening bank dengan saldo di atas Rp 1 miliar justru semakin bertambah pada masa pandemi Covid-19.


Tentu saja, hal ini bisa disebut sebagai sebuah ironi yang menggambarkan orientasi ekonomi nasional yang terkesan hanya mengedepankan pertumbuhan tanpa memperhatikan kualitasnya, dan cenderung memihak pada segelintir orang kaya.

Menurut Rektor Universitas Widya Mataram Yogyakarta, Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, MEc, situasi kontraksi yang terjadi pada masa pandemi seharusnya membuat kesulitan ekonomi yang dirasakan oleh banyak orang. Tapi, nyatanya justru pemilik rekening gendut lahir pada periode pandemi ini.

Tak kurang dari 317.772 pemilik rekening bank dengan saldo Rp 2 miliar dan 110.892 pemilik rekening dengan saldo Rp 5 miliar muncul pada tahun 2020. Sedangkan pada tahun 2021, terdapat sekitar 312.385 pemilik rekening dengan saldo Rp 2 miliar dan 117.198 pemilik rekening dengan total saldo Rp 5 miliar.

Kita memang tidak bisa mengabaikan fakta bahwa pandemi Covid-19 telah memberikan banyak dampak negatif pada banyak aspek kehidupan. Namun, jika kita melihat dari sisi ini, ada hal yang cukup mengejutkan juga. Semoga kita bisa belajar dari situasi ini dan menciptakan kebijakan yang lebih baik untuk kepentingan bersama, bukan hanya untuk kepentingan segelintir orang kaya saja.

Namun, situasi ini juga menunjukkan adanya ketimpangan yang semakin lebar antara orang kaya dan orang miskin di Indonesia. Masih banyak orang yang tidak memiliki rekening bank dan kesulitan memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Data Rasio Gini Indonesia (RGI) yang mengalami kenaikan dari tahun 1964 hingga 2021 juga menunjukkan tingkat ketimpangan pengeluaran yang semakin tinggi.

Menurut Prof. Edy Suandi Hamid, pertumbuhan jumlah orang kaya di Indonesia pada dua tahun masa pandemi justru lebih tinggi dibandingkan tiga tahun masa normal sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat ketimpangan di Indonesia semakin memburuk karena pertumbuhan kekayaan orang kaya jauh lebih besar dibandingkan dengan orang miskin.

Akar masalahnya ternyata terletak pada sistem pertumbuhan tinggi yang tidak berkualitas yang dianut oleh pemerintah. Para pengambil kebijakan masih menerapkan model kebijakan pertumbuhan berdasarkan teori-teori lama, seperti teori trickle-down effect yang dianut oleh Orde Baru. Padahal, model ini sudah tidak efektif lagi untuk mengatasi ketimpangan sosial dan ekonomi di Indonesia.

Menurut Prof. Dr. Nurhayati Rahman MS, ketimpangan yang begitu nyata antara orang-orang kaya dan rakyat miskin menunjukkan adanya erosi nilai-nilai kearfihan lokal dalam ikhwal kemanusiaan dan keadilan. Nilai-nilai seperti rasa empati dan solidaritas sudah mulai terkikis dari masyarakat, sehingga banyak rakyat yang terdolimi.

Untuk mengatasi masalah ini, perlu ada re-orientasi pembangunan yang berpihak pada rakyat banyak yaitu ekonomi kerakyatan. Semoga para pengambil kebijakan bisa segera mengubah kebijakan mereka dan memperbaiki situasi ekonomi di Indonesia agar lebih adil dan merata bagi semua rakyat.


original source: https://lldikti5.kemdikbud.go.id/home/detailpost/masa-pandemi-melahirkan-ribuan-pemilik-rekening-gendut#

Comments

Designed by Open Themes & Nahuatl.mx.