Hati adalah bagian penting dari manusia selain akal. Kedermawanan adalah sikap yang memerlukan hati yang lapang dan ringan. Kedermawanan artinya kemurahan hati atau tidak pelit, suka memberi, dan sebagainya.
Orang yang dermawan memiliki hati yang luas dan dapat berbagi dengan orang lain. Sebab, pada hakikatnya manusia tidak memiliki segalanya dan segala sesuatu yang dimilikinya hanyalah titipan dari Yang Maha Kuasa.
Orang yang mudah berderma meyakini bahwa apa yang dimilikinya juga memiliki hak orang lain dan menganggapnya sebagai amanah yang harus ditunaikan. Jadi, orang yang murah hati sejatinya memahami hakikat dari konsep "memiliki" tersebut.
Sebagai manusia, wajar rasanya merasa punya hak atas segala sesuatu yang kita dapatkan. Namun, kadang rasa itu malah membuat kita sulit melepaskan atau bahkan terlalu tamak ingin terus memiliki banyak hal.
Tapi sebenarnya, memberi dan berbagi tidak selalu harus besar-besar. Contohnya, ketika kita bersedekah, tak perlu besar-besar. Yang penting adalah niat baiknya.
Salah satu momen dimana kegiatan berbagi makin terasa adalah saat bulan Ramadhan. Banyak kegiatan berbagi makanan sahur atau buka, ta'jil, dan sebagainya yang dilakukan.
Masyarakat semakin antusias, bahkan ada pemuda dari berbagai organisasi turun ke jalan untuk berbagi makanan kepada orang-orang yang membutuhkan.
Semua kegiatan kedermawanan itu tentu tidak muncul dengan sendirinya. Ada banyak faktor yang mempengaruhinya, salah satunya adalah rasa ingin menjadi bermanfaat bagi orang lain yang selalu melekat pada jiwa manusia.
Teori Maslow menyatakan bahwa manusia memiliki hierarki kebutuhan, dan pada tingkat ketiga adalah kebutuhan akan memiliki dan kasih sayang. Setelah kebutuhan dasar seperti makanan dan rasa aman terpenuhi, manusia ingin membangun hubungan sosial dan merasakan cinta.
Berbagi dan berderma di bulan Ramadhan adalah cara untuk memenuhi kebutuhan ini, dan bagi umat muslim, ini juga merupakan kewajiban agama. Namun, lebih dari sekedar berbagi, bulan Ramadhan juga harus dimaknai sebagai waktu untuk memperbaiki hati dan melatih keteguhan serta kerendahan hati.
Puasa tidak hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menahan hawa nafsu dan amarah. Oleh karena itu, bulan Ramadhan adalah waktu untuk melatih hati manusia. Namun, bulan ini bukanlah tujuan akhir dalam beribadah dan melakukan kebaikan. Sebaliknya, bulan ini harus menjadi ladang berlatih dan membentuk kebiasaan yang baik untuk bulan-bulan selanjutnya.
Ramadhan adalah bulan di mana orang berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan. Namun, selama melaksanakan amal-amal tersebut, kita harus memperhatikan konsep kebaikan (thayyib) dalam Islam. Agar niat baik kita berhasil, harus dilakukan dengan cara yang baik dan tidak memberi dampak buruk pada orang lain. Kita harus berusaha menjadi dermawan dengan memahami orang lain dan menjadi manusia yang memiliki kemampuan untuk menahan diri dari hal-hal yang tidak baik.
Berderma tidak selalu harus dengan uang, tetapi bisa juga dengan memberi kebaikan pada orang lain dalam bentuk apapun. Ketika kita mampu memberi dalam jumlah yang lebih banyak dan dengan hati yang ikhlas, tentu itu lebih baik lagi.
Ramadhan adalah bulan kedermawanan dan penempaan untuk menghasilkan manusia yang lebih baik. Setelah Ramadhan, ada hari Idul Fitri di bulan Syawal di mana manusia kembali pada kondisi suci setelah ditempa dan diperbaiki pada bulan Ramadhan.
Mari kita manfaatkan momen Ramadhan ini untuk memperbaiki diri dan menjadi manusia yang lebih baik lagi.
Comments
Post a Comment